Sebelum dibaca, saya cuma mau menekankan bahwa ini sungguh ini bukan bermaksud untuk ria atau bahasa gaulnya pamer, cukup ambil hikmah dari apa yang saya bagi dengan kejadian hari ini.
Hari ini 9 Dzhulhizah 1436 H / 23September 2015
Kriing…. Kriiinggg… alarm handphone kecil sudah menendang-nendang gendang telinga saya untuk menyuruh saya bangun dipukul 3.10 am. “Okeh fine,!! Saya akan bangun” tegas saya dalam hati.
Kurang lebih seperti itulah pagi yang saya selalu lalui ditiap bergantinya tanggal di lembaran kalender. Namun pagi ini semangat yang ada dalam diri berbeda dari biasanya, terasa lebih pekat konsentrasinya (kimia bgt), mungkin karna di hari yang special menurut agama saya ini, banyak big planning yang sudah masuk dalam kantong baju kerja saya.
Mentarisudah mulai bangkit beberapa derajat, dari tempat persembunyiannya, seraya menyuruh saya untuk segera memulai mengeluarkan satu-persatu rencana yang dari tadi nangkring dikantong. Dengan seabrek kresek yang menggantung santai di gantungan matic, saya telusuri kembali jalan ibu kota provinsi ini yang penuh dengan asap dan debu, salah satu dr sekian banyak kresek itu menyimpan hal yang mungkin kalau dari segi “Keterduniaan”biasa aja, tapi kalau dari sisi “Keterakhiratan” itu hyper super sangat BERHARGA banget-nget (hehehe lebay), yah salah satu rencana besar saya hari itu adalah untuk menukar Celengan Sedekah milik saya dan salah seorang teman, celengan itu milik suatu badan amil zakat yang cukup terkenal di negara seribu pulau ini. Namun sebelum sampai ke tempat penukaran,saya singgah di beberapa toko untuk membeli beberapa barang keperluan kantoryang hari itu kudu saya sediakan.
Tak sengaja mata melirik lingkaran speedometer si matic yang saya tunggangi, “sepertinya kau kehausan cuy,, ayok kita minum dulu” berkata mesra pada si matic. Saya belokkan lehernya ke sebuah SPBU di pinggiran jalan Juanda. Sambil menunggu antrian yang tak seperti ular tapi hanya seperti ulat, sesaat itu hati saya terkesima dengan sosok pemuda yang hanya dengan melihat kita sudah dapat menyimpulkan bahwa (maaf) dia tak sempurna dalam segi mental walau fisik bisa dibilang lengkap seperti yang lain. Pemuda putih yang memakai celana “cingkrang” dengan rambut kriting serta sedikit kurus itu bukanlah peminta-minta, melainkan dia seorang pedagang Kue Bolu, seketika begejolak rasa malu dan takjub dalam hati. Dengan semangat ditawarinya “setiap” rider yang selesai mengisi tangki bahan bakarnya hingga tibalah giliran saya,
Pemuda : Mas kue bolu nya ? (menyodorkan kue bolu yang sudah dibungkus rapi dalam plastic mika)
Saya : Berapaan mas ? (menepikan motor setelah mengisi bensin, dalam hati saya semakin tercengang ternyata dia sangat pandai, di bicara denga nada yang jelas dan lancar walau pandangannya terkadang “lari”)
Pemuda : 5000 aja mas ? (masih dengan pandangan lari)
Saya : oh saya minta dua yah mas. (sambil tersenyum dan memberi uang 20 rb rupiah).
Walau jujur sebenarnya saya sedang tidakmembutuhkan kue yang dia jual tapi saya anggap biarlah saya bersedekah hari ini, toh saya gak bakal rugi dengan membeli kue nya.
Karna baru memberi saya satu bungkus, dia kembali ketempat dagangannya dan mengambil satu lagi bersama kresek pembungkusnya. Setelah itu hati saya dipukulnya lagi, ternyata diabener-bener pandai, dengan mudah dia memberikan kembalikan yang sesuai dengan yang seharusnya saya terima, Masya Allah. Sambil merasa sangat bahagia saya kembali melanjutkan perjalanan kebarat mecari kitab suci, eehh lain becandakiranya Sunggokong kah hehehe,
Tak lama roda si matic bergelinding dariTKP pertemuan pemuda itu saya sudah sampai ke tujuan penukaran celengan (walau sempat nyasar), tak begitu lama saya di kantor badan amil zakat tersebut, gak juga sempat baring istirahat atau sekedar mengembalikan posisi tulang punggung yang berantakan, saya segera melanjutkan perjalanan. Tanpa disadar deretan “Pahlawan”dalam dompet saya telah berguguran selama perjalanan perang, tinggalah sepasang Tuanku Imam Bonjol dan Pengeran Antasari yang menghibur saku celana saya. Okeh saya putuskan untuk memanggil “mereka” lagi di sebuah ATM terdekat disekitaran Jl. Sirad Salman. Dengan rasa bahagia yang berlipat-lipat dalam hati karna banyak hal super yang saya alami hari ini, dan semangat serta sikap buru-buru (emank gitu kalau terlalu semangat dan bahagia jadi buru-buru bawaannya), sampailah digerai ATM yang ada di halaman sebuah supermarket atau toko furniture (saya gak ingat jelas) dan seketika itu juga keluaranlah sang pahlawan dari pulau Bali yang memberi perpanjangan nafas saya. Tanpa rasa ada bersalah saya menyalakan kembali si tunggangan biru dan mencari satu barang lagi sebelum nantinya balik ke sarang.
Sesampainya disebuah toko komputer di daerah pembangunan, yang tadi nya rencana mau belibarang terakhir malah celingak celinguk saya mencari barang, yah,, ada yang hilang dalam dekapan saya, handphone besar (nama dari handphone Android) saya tidak ada, pikiran sudah kebingungan membongkar tumpukan-tumpukan ingatan sambil bertanya “jatoh dimana?, Tertinggal dimana?, atau ada yang nyopet?”,hati pun kena efek Gegana, tanpa lagi memperdulikan mba nya yang jualan, langsung saya putar keras genggaman gas simatic, sambil terus berfikir, dan akhir nya si otak menemukan sebuah ingatan di dasar jurang otak yang terdalam dan gelap #caaillaahhh, “oh iya ketinggalan di atasmesin ATM”, serasa kesurupan dijalan Anggur yang sempit si matic menyalip apapun yang ada di depannya, sang hatipun tak ingin tinggaldiam, dengan lembut dia menghibur dan berkata,
“tenanglah,segala yang diperoleh Halal itu pasti gak bakal hilang, kalaupun hilang berarti ada pengganti yang lebih baik”, “okeh hati, I belive you, tapi itu lumayan ekh harganya, kalau hilangkan bisa pusing pala berbie ekhh kepala saya, dan ini sudah berapa lama saya tinggal ia sendiri disana” ucap saya.
Jarak yang jauh dan kemacetan yang serasa ketawa mengolok-olok tak lagi saya indahkan, harapan saya cuma satu, ketika tangan ini membuka pintu gerai ATM mata ini masih melihat si hp lagi berbaring tenang di atas mesin ATM itu. Ciiiittttt sampailah saya di depan gerai dan segera mendobrak pintunya, dan ternyataaaa,,,,,, ternyataaaaa,,,,,,, Alhamdulillah,, Terimakasih ya Allah si Hp besar telah raip tiada lagi bersantai ria ditempat terakhir saya meletakkannya, dengan wajah yang sedikit sedih saya keluar dari gerai, tiba-tiba DUAARRRR pintu gerai yang saya dobrak tadi roboh dan pecah wkwkwkwkw #becanda.
Bukan pintu yang roboh tapi hati saya yang kembali dirobohkan, oleh sesosok lelaki setengah baya yang masih menggunkan helm dan masker menutupi wajahnya, Nampak kulitnya yang gelap dan sedikit kusam karna selalu berinteraksi dengan udara jalanan, tak lupa baju dinas biru muda lusuh dan juga tak kalah kusam warnya sudah, turut menjelaskan betapa dia adalah seorang pekerja keras. Dia menghapiri saya dan bertanya,
Lelaki : Mas nyari hp ketinggalan yah ?
Saya : iyah mas bener, (sontak menjawab dengan harap dan bahagia)
Lelaki : iyah ini saya nemuin tadi di dalam(sambil menyodorkan Hp besar hasil jerih payah saya yang belum setahun menemani saya)
Saya : Wah bener mas ini Hp saya,terimakasih banyak mas tapi maaf saya gak bisa ngasih apa-apa ini ekhhh
Lelaki : gak usah mas, gak apa kebetulansaya petugas ATM nya ini (dia perugascleaningservice ATM Bank tersebut) saya tadi juga lapor ke kantor didalam siapa tau ada yang merasa kehilangan hp bisa hubungin saya, nomor telfon saya juga sudah saya kasih padahal didalam tuh.
Saya : wah iyah mas terima kasih yah,tadi saya buru-buru banget pang sehabis narik uang di ATM, sekali lagi terimaksih banyak mas.
Dengan segera diengkol Supra nya dan tak lupa dilemparkannya senyum dan salam kepada saya yang menunggunya jalan terlebih dahulu.
Banyak hal dahsyat yang saya alami hari ini, dan saya kembali teringat sebuah tausiyah yang mengatakan bahwa Sedekah sesorang itu akan menghidarkannya dari segala musibah, Sedekah itu seperti payung yang akan melindunginya dari derasnya hujan, yah itu lah yang terbesit dalam fikiran saya selama perjalanan pulang sambil terus berucap Alhamdulillah.
Pelajaranyang bisa kita peroleh :
1. Dari seorang pemuda yang memiliki kekurangan yang tak pernah berpangku tangan dengankeadaannya, dia tetap semangat mengais rezki dari Ar-Razaq dengan cara yang mulia, malulah kita yang sering bermalas-malasan dan banyak mengeluh dalam menjalani hidup ini dalam mencari rezki sang Ilahi. Ingatlah tiap-tiap manusia telah membawa rezkinya masing-masing ketika dia dilahirkan tinggal manusia itu mau berusaha mengabilnya atau tidak
2. Dari sang Lelaki separuh baya yang memiki kejujuran yang sangat mengagumkan, walau dengan kekurangan ekonomi yang sangat tergambar dari raut wajahnya, namun kebaikan hati menunggu saya datang dan mengembalikan barang yang bukan milknya, itu yang memuliakan dan sebenarnya dia adalah orang yang sangat kaya akan hatinya.
3. Sedekah. bersedekahlah karna sesungguhnya harta kita itu adalah apa yang kita sedekahkan bukanlah apayang kita simpan. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan “Sesungguhnya sedekah bisa memberikan pengaruh yang menakjubkan untuk menolak berbagai macam bencana sekalipun pelakunya orang yang fajir (pendosa), zhalim, atau bahkan orang kafir, karena Allah akan menghilangkan berbagai macam bencana dengan sedekah tersebut.”
Semoga bermafaat....
Maaf tulisannya biasa banget,, heheheheh